Minggu, 30 Agustus 2009

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VIIA SMPN 1 TAMBAN TAHUN AJARAN 2007/2008 MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA KONSEP EKOSISTEM.


I. LATAR BELAKANG
Lingkungan yang spesifik dan kondisional akan memberikan ragam persoalan IPA dan memberikan relevansi antara teoritis dan aplikasi. Serta akan melibatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoris siwa sehingga pemahaman konsep yang didapatkan akan lebih mengena (melekat) dibandingkan dengan penjelasan melalui ceramah (Sandhi, 2007).
Hal ini sejalan dengan pandangan Dirjen Dikdasmen Indra Jati Sidi dalam Mastur (2007) bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif, tetapi juga berorientasi pada cara anak didik dapat belajar dari lingkungan, pengalaman, dan kehebatan orang lain, kekayaan dan luasnya hamparan alam sehingga mereka bisa mengembangkan sikap kreatif dan daya pikir imajinatif. Dengan penugasan di luar kelas melalui proyek, siswa diharapkan akan semakin terlibat dan apresiatif terhadap materi lingkungan hidup yang dipelajari. Dengan pendekatan kontekstual, seorang guru berusaha menunjukkan kepada siswa, betapa materi lingkungan hidup yang dipelajarinya sebenarnya sangat dekat, bahkan berinteraksi secara langsung dengan pengalaman keseharian mereka. Akibatnya, pembelajaran materi lingkungan hidup dapat berlangsung dengan penuh makna , dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan hidup.
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran melalui lingkungan salah satunya dilaksanakan Afriani (2005) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan lingkungan dapat mengoptimalkan pemahaman siswa tentang konsep ekosistem, pemahamana siswa tentang pembelajaran konsep ekosistem meningkat dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa untuk postes siklus 1 dari 78% menjadi 86,9 % pada siklus 2, proses selama pembelajaran sudah tergolong baik dan kinerja siswa selama proses pembelajaran menjadi lebih baik. Hasil penelitian Mardiana (2001), bahwa belajar dengan memanfaatkan taman sekolah mendapatkan hasil yang lebih baik, dalam pembelajaran ekosistem pada siswa kelas 1 SLTP Negeri 4 Martapura yang diukur dengan tes formatif. Selain itu, penelitian yang telah dilakukan Sukamto (2001) hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan STP Marsudi Wiyata dapat dimanfaatkan untuk kegiatan relajar Biologi kelas 1 dalam pokok bahasan makhluk hidup, keanekaragaman makhluk hidup, keanekaragaman tumbuhan, tumbuhan biji, ekosistem dan saling ketergantungan.
Menurut Afriyani (2005) menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran tidak terlepas dari berbagai kendala, sehingga perkembangannya terasa lambat. Belajar di luar kelas terkesan banyak menyita waktu, tidak serius, dan ada juga yang berpandangan bahwa belajar di luar kelas adalah tidak belajar. Pandangan-pandangan ini harus diubah karena sangat merugikan kelangsungan proses pembelajaran. Untuk mengatasi kendala waktu dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan pemanfataan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar, maka diformulasikan keterpaduan antara kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler.
Berdasarkan informasi dari guru biologi kelas 1 SMPN 1 Tamban, pembelajaran biologi umumnya disampaikan dengan cara ceramah, walaupun guru yang bersangkutan pernah mencoba membawa ke lingkungan, namun tanpa menggunakan LKS dan pembagian kelompok. Cara penyampaian guru seperti ini cenderung tidak melibatkan siswa secara aktif.
Konsep-konsep biologi yang disampaikan masih kurang dipahami oleh siswa, hal ini terlihat dari nilai ulangan harian siswa pada konsep ekosistem memperoleh nilai rata-rata sebesar 58,4 pada tahun ajaran 2006-2007, dari nilai ulangan harian ini ada 12 siswa yang tuntas secara individual, yakni yang mencapai nilai ≥ 65, dan ini berarti siswa mencapai ketuntasan klasikal sebesar 40% sedangkan hasil relajar yang diharapkan dengan ketuntasan klasikal 85%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa konsep ekosistem ini cukup sulit, karena banyaknya siswa yang belum tuntas belajar.
Berdasarkan hal tersebut maka dianggap penting bagi peneliti untuk mengadakan penelitian melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada konsep ekosistem untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas VIIA SMPN 1 Tamban tahun ajaran 2007/2008.

II. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah dengan melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep ekosistem pada kelas VIIA SMPN 1 Tamban tahun ajaran 2007/2008?

III. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Materi yang diajarkan dibatasi hanya pada konsep ekosistem dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.
2. Lingkungan sekitar sekolah yang dijadikan sebagai sumber belajar adalah kebun, kolam, lahan kosong, parit, sungai, halaman sekolah, dan taman sekolah.

IV. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas VIIA SMPN 1 Tamban ajaran 2007/2008 melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar pada konsep ekosistem.


V. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh peneliti, pihak sekolah, guru biologi dan para siswa.
1. Peneliti yang bersangkutan dapat memiliki pengalaman untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang dapat diterapkan nantinya dalam kegiatan pembelajaran biologi.
2. Sekolah yang bersangkutan dapat memelihara lingkungan sekitar sekolah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi kelangsungan kegiatan proses belajar-mengajar.
3. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai salah satu sumber belajar yang dapat membantu guru dalam menyampaikan dan memperjelas konsep-konsep biologi.
4. Siswa termotivasi dan terbantu dalam mengenal lingkungan sebagai salah satu sumber belajar dalam pembelajaran.

VI. TINJAUAN PUSTAKA
6.1 Sumber Belajar
6.1.1 Pengertian Sumber Belajar
Edgar Dale (1969) dalam anonim (2007) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah, ' segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.' Pendapat lain dikemukakan oleh Association Educational Comunication and Tehnology AECT (1977) yaitu ' berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Menurut Rohani (1997) sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.



6.1.2 Manfaat sumber belajar
Menurut Rohani (1997) manfaat sumber belajar antara lain meliputi :
1. Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi, atau dilihat secara langsung dan konkret.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.
4. Dapat memberi infomasi yang akurat dan terbaru.
5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup mikro maupun makro.
6. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
7. Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
6.1.3 Ciri-ciri sumber belajar
Menurut Rohani (1997) ciri-ciri sumber belajar antara lain meliputi :
1. Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai secara maksimal.
2. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.
3. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk maupun isi.
b. Tidak mempunyai tujuan instruksiona tujuan instruksional yang eksplisit.
c. Hanya dipergunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu atau secara insidenta.
d. Dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan instruksional.
4. Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.


6.1.4 Pembagian sumber belajar
Menurut Rohani (1997) pembagian sumber belajar antara lain meliputi :
1. Sumber belajar cetak : buku, majalah, ensiklpedi, brosur, koran, poster, denah, dan lain-lain.
2. Sumber belajar non cetak : fim, slide, video, model, boneka, audio kaset, dan lain-lain.
3. Sumber belajar yang berupa fasilitas : audotorium, perpustakaan, ruang belajar, meja belajar individual (carrel), studio, lapangan olahraga dan lain-lain.
4. Sumber belajar yang berupa kegiatan : wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan dan lain-lain.
5. Sumber belajar yang berupa lingkungan dari masyarakat : taman, terminal, dan lain-lain.
Pengelompokkan sumber-sumber belajar menurut Udin saripuddin dan Winataputra dalam Djamarah & Zain (1995) dibedakan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
6.2 Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Menurut Susilo (2003) sumber belajar yang dipiih dari lingkungan sekitar dapat berupa objek tempat tertentu, majalah, koran maupun brosur. Lingkungan sekitar yaitu lingkungan rumah, sekolah, sawah atau hutan, dapat digunakan sebagai sumber belajar yang baik. Oleh karena itu dalam mempelajari lingkungan, sejauh mungkin mencari kesempatan untuk bisa belajar dari alam. Pendidikan dalam lingkungan ini memberi kesempatan siswa untuk mengumpulkan data dari kegiatan pengamatan, pembuatan sketsa, pemotretan, wawancara dan pengukuran. Dalam mengembangkan pembelajaran biologi perlu diingat bahwa lingkungan siswa sendiri adalah sumber belajar biologi yang sangat berharga. Melalui lingkungan kelas, sekolah atau rumah akan sangat bearti bagi siswa untuk berperan aktif dalam mengelola lingkungan mereka. Pendekatan lingkungan diberikan agar siswa peduli terhadap lingkungan. Secara rinci siswa memperoleh hal-hal berikut :
- peduli akan kualitas lingkungan
- sikap menghargai lingkungan
- rasa tanggung jawab atas tingkah laku mereka terhadap lingkungan
- kemauan untuk menilai pengaruh tingkah laku mereka terhadap lingkungan.
- antusias untuk menyelidiki aspek-aspek lingkungan.
- sikap hormat terhadap hal, kebutuhan, dan pendapat orang lain
- sikap menghargai kebutuhan adanya kerjasama lokal, nasional dan internasional
- mencegah timbunya masalah dan mengatasi masalah lingkungan
- sikap menghargai karakter unik lingkungan Indonesia
- sikap menghargai sumbangan yang teah diberikan masyarakat terhadap lingkungan.
Menurut Depdiknas (2003) dalam Sandhi (2007) laboratorium lingkungan dapat bermakna kebun sekolah atau lahan/tanah yang dijadikan alat perantara keberhasilan proses belajar mengajar agar pembelajaran dapat lebih berakar dalam pikiran keterampilan dan sikap anak. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Proses pembelajaran IPA diharapkan memberi penekanan yang besar pada penguasaan kompetensi yang disebut “life skill”, yang berarti kecakapan hidup yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari solusi untuk mengatasinya. Strategi pembelajaran IPA diharapkan lebih mengedepankan pendekatan kontekstual, artinya lingkungan diharapkan dapat sebagai sumber belajar dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. lingkungan adalah sebuah ekosistem yang dapat dijadikan tempat penelitian, merupakan sarana alamiah dan spesifik. Mengingat lapangan terbuka dapat memberikan interaksi antar komponen (siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau sebaliknya) akan berlangsung dengan baik serta menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator berlangsungnya pembelajaran di ruang terbuka. Hal ini akan melibatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoris siwa sehingga pemahaman konsep yang didapatkan akan lebih mengena (melekat) dibandingkan dengan penjelasan melalui ceramah.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pemanfaatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Ada empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru. Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar (Suniarsih, 2007).
6.3 Kedudukan Konsep Ekosistem di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Di dalam KTSP konsep ekosistem ini merupakan materi pelajaran Biologi untuk SMPN kelas VIIA semester 2 dengan standar komptensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut :
Standar kompetensi :
Komptensi dasar :

Indikator :





6.4 Materi tentang Ekosistem
Adapun uraian materi pelajaran yang akan dipelajari adalah sebagai berikut :
6.4.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem merupakan hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya (makhluk tak hidup) membentuk suatu sistem. Sebuah kebun, halaman sekolah, kolam, parit, sungai, lahan kosong dan taman sekolah masing-masing merupakan suatu ekosistem. Ilmu yang mempelajari ekosistem adalah ekologi.
Seluruh ekosistem di permukaan bumi membentuk suatu ekosistem yang sangat besar, yakni ekosistem dunia atau biosfer. Biosfer meliputi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi beserta udara, air, dan tanah di sekitarnya.
6.4.2 Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem
Di dalam ekosistem terdapat satuan-satuan makhluk hidup yang dinamakan individu, populasi, dan komunitas yang saling berinteraksi dengan komponen benda tak hidup, misanya air dan udara.
1. Individu
Di dalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis makhluk hidup, melainkan ada berbagai jenis makhluk hidup. Pada habitat perairan terdapat makhluk hidup, yaitu ikan kecil, ikan lundu, ikan seluang, ikan gabus, ikan sepat, teratai, kangkung, salvinia sp, ganggang dan hydrilla sp. Jumlah setiap jenis makhluk hidup tersebut lebih dari satu. Satu ekor ikan gabus atau satu ekor ikan sepat disebut individu. Satu ganggang disebut individu. Demikian juga dengan manusia. Seorang manusia disebut individu. Individu adalah satuan makhluk hidup tunggal (Sumarwan dkk.,2004).
2. Populasi
Ikan gabus yang hidup di kolam SMPN 1 Tamban jumlahnya lebih dari satu. Demikian juga dengan tumbuhan air seperti Hydrilla sp, ganggang, Salvinia sp dan teratai. Semua ikan sepat yang hidup di kolam tersebut disebut populasi ikan sepat, semua Salvinia sp disebut populasi Salvinia sp, semua teratai disebut populasi teratai, dan semua tumbuhan Hydrilla sp disebut populasi Hydrilla sp, semua ganggang disebut disebut populasi ganggang. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap di suatu daerah tertentu (Sumarwan dkk.,2004).
Kepadatan Populasi
Jumlah individu sejenis atau anggota suatu popuasi pada suatu daerah dengan luas tertentu disebut kepadatan populasi. Kepadatan populasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kepadatan popuasi = banyaknya individu sejenis
Luas daerah yang ditempati
Kepadatan populasi dapat berubah karena beberapa hal berikut ini :
a. Kelahiran dan kematian. Kelahiran menyebabkan kepadatan populasi meningkat, sedangkan kematian menyebabkan kepadatan populasi menurun.
b. Perpindahan (migrasi). Migrasi yang menambah populasi disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan migrasi yang mengurangi populasi disebut migrasi keluar (emigrasi).
Pada umumnya, kepadatan populasi tetap, karena jumlah kelahiran biasanya diimbangi oleh jumlah kematian, dan migrasi keluar diimbangi oleh migrasi masuk. Akan tetapi, kadang-kadang terjadi perubahan yang besar pada kepadatan populasi. Salah satu penyebabnya ialah perubahan atau kerusakan lingkungan.
Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Jenis-jenis habitat antara lain : habitat air tawar, air asin, dan habitat darat.
3. Komunitas
Semua populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu daerah atau lingkungan yang sama disebut komunitas. Misalnya populasi ikan gabus, populasi ikan kecil, ikan sepat, populasi teratai, dan populasi Hydrilla sp di kolam merupakan anggota komunitas air. Di antara anggota komunitas ini terjadi interaksi atau hubungan timbal balik. Komunitas adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang hidup pada suatu daerah tertentu (Sumarwan dkk.,2004).
6.4.3 Saling hubungan antarkomponen ekosistem
Setiap ekosistem tersusun oleh benda-benda tak hidup dan makhluk hidup. Benda-benda tak hidup merupakan komponen abiotik (a berati “tidak”, bio bearti “hidup”) dari suatu ekosistem, dan makhluk hidup merupakan komponen biotik dari ekosistem tersebut.
1. Peran komponen abiotik
Komponen abiotik yang berpengaruh terhadap makhluk hidup antara lain tanah, air, udara, cahaya matahari dan suhu.
2. Peran komponen biotik
Setiap jenis makhluk hidup mempunyai peran tertentu di dalam suatu ekosistem. Peran ini berhubungan dengan cara-cara makhluk hidup tersebut memenuhi kebutuhan makanannya. Ada makhluk hidup yang dapat membuat sendiri makanannya, ada yang harus mengambil makanan dari makhluk hidup lain, dan ada pula yang memperoleh makanannya dengan jalan menguraikan makhluk yang telah mati. Berdasarkan cara memperoleh makanan itu, komponen biotik dari suatu ekosistem dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu produsen (penghasil), konsumen (pemakai), dan dekomposer (pengurai) (Muid & Kamajaya, 2007).
a). Produsen
Semua produsen dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Mereka mampu membentuk zat-zat organik dari zat anorganik sederhana. Pembentukan makanan ini dapat melalui proses fotosintesis dengan bantuan energi cahaya dan klorofil atau zat hijau daun.
Sebagai produsen, tumbuhan hijau menghasilkan makanan (karbohidrat) dan O2 melalui proses fotosintesis. Makanan ini dimanfaatkan oleh tumbuhan sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain, yaitu konsumen. Sementara itu, produsen menggunakan sumber energi matahari dalam proses fotosintesis. Dengan demikian, matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan (Sudjino, 2007).
b). Konsumen
Semua konsumen tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat organik yang telah dibentuk oleh produsen atau dari konsumen lain yang menjadi mangsanya. Zat-zat organik ini digunakan oleh konsumen sebagai sumber energi (Sudjino, 2007).
c). Pengurai
Semua makhluk hidup akhirnya akan mati. Daun-daun kering berguguran, pohon-pohon tua tumbang, dan hewan-hewan mati menjadi bangkai. Namun demikian, bumi tidak dipenuhi oleh sampah tumbuhan dan bangkai hewan. Hal ini semua berkat adanya pengurai (dekomposer), yaitu konsumen khusus, yang mengambil makanan dari bangkai atau makhluk hidup yang telah mati. Bakteri dan jamur saprofit merupakan organisme yang termasuk dekomposer.
6.4.4 Ketergantungan Antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai.
a. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
1) Rantai makanan

Gambar : Rantai makanan yang berlangsung di lahan kosong SMPN 1 Tamban
Urutan makan dan dimakan seperti pada gambar diatas membentuk suatu pola. Pola-pola makan-memakan yang berurutan ini memberikan kesan saling mengait seperti “rantai”. Oleh karena itu, pola seperti itu disebut rantai makanan. Dalam makanan terdapat energi, proses makan dan dimakan pada dasarnya merupakan proses perpindahan energi. Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu (Sudjino, 2007).
2) Jaring-jaring makanan
Konsumen tidak hanya tergantung pada satu macam makanan saja. Misalnya , sapi tidak hanya makan rumput, tetapi dapat juga makan tumbuhan perdu. Demikian pula sebaliknya. Satu jenis makanan dapat dimakan oleh lebih dari satu macam konsumen. Misalnya, rumput tidak hanya dimakan oleh sapi, tetapi dimakan juga oleh kambing atau kerbau. Dengan demikian, konsumen pada suatu rantai makanan dapt menjadi anggota rantai makanan yang berbeda. Jadi, rantai-rantai makanan dapat saling tumpang tindih atau saling berhubungan satu sama lain membentuk suatu jaring-jaring yang simpang siur, dan disebut jaring-jaring makanan. Jadi, kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut jaring-jaring makanan (Muid & Kamajaya, 2007).

b. Piramida Makanan dan Aliran Energi
1). Piramida makanan





Ikan kecil

alga

Gambar : Dasar piramida selalu ditempati oleh produsen dan jumlahnya paling banyak.
Dalam piramida makanan, produsen dan konsumen menduduki tingkat-tingkat tertentu. Tingkatan-tingkatan tersebut dinamakan tingkat tropik. Produsen menempati tingkat tropik 1, konsumen 1 menempati tingkat tropik 2, konsumen II menempati tingkat tropik 3, dan seterusnya. Piramida makanan adalah komposisi rantai makanan yang makin ke atas jumlahnya makin kecil (Sumarwan dkk.,2004).
2). Aliran Energi
Dalam suatu ekosistem terjadi proses makan dan dimakan yang dilakukan organisme untuk memperoleh tenaga atau energi. Di dalam proses makan dan dimakan tersebut juga berlangsung aliran energi.
Dalam jaring-jaring kehidupan, hanya sebagian kecil dari energi mengalami perpindahan dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Energi yang tersimpan dalam produsen tidak seluruhnya akan pindah ke dalam jaringan tubuh konsumen tingkat pertama. Dari sejumlah energi yang tersimpan dalam jaringan, yang disimpan dalam tubuh konsumen kira-kira 10% saja. Energi yang lain akan digunakan untuk gerak, aktivitas biologis, dan sebagian energi hilang sebagai panas, sedangkan sebagian lagi tetap tersimpan dalam makanan yang tidak tercena dan keluar sebagai kotoran. Pendek kata, setaip kali energi terlibat dalam suatu kegiatan hidup, selalu ada sebagian yang diepaskan ke alam bebas. Jadi, dalam proses makan dan dimakan terjadi aliran energi a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar