Minggu, 30 Agustus 2009

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan tentang rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa ditinjau dari guru/dosen dalam melakukan estimasi tentang pengaruh penggunaan metode pembelajaran.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tesis Strata 2 pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta yang meneliti tentang hasil belajar siswa/mahasiswa berkaitan dengan metode pembelajaran. Sampel sebanyak 11 buah tesis yang dipecah menjadi 24 sub penelitian.
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan besar pengaruh = 1.277 dengan interval 0,627 – 1,927 (? = 0,05) dan simpangan baku 1.630. Dari hasil penelitian kajian pustaka ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.


PENDAHULUAN
Pencapaian suatu tujuan pembelajaran turut ditentukan oleh ketepatan penggunaan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang berupa teknik atau metode instruksional yang digunakan guru atau dosen dapat mengoptimalkan aktifitas belajar siswa/mahasiswa, agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal.

Seperti yang dikatakan oleh Suparman (1993:166) “metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberikan contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu”. Metode dan teknik yang dipilih oleh guru/dosen ini dimaksudkan agar dapat meberikan, kemudahan, fasilitas, dan atau bantuan lain kepada siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan-tujuan instruksional.

Kenyataan menunjukan bahwa telah banyak hasil penelitian yang mengambil metode pembelajaran sebagai variabel bebas yang dimanipulasi, baik itu metode ceramah, demontrasi, diskusi, studi mandiri, kegiatan pembelajaran terprogram, simulasi studi kasus, insiden dan lain-lain. Hasil-hasil penelitian tersebut banyak yang telah dipublikasikan dalam bentuk jurnal, tesis, maupun desertasi, secara statistik menunjukan perbedaan yang nyata antara metode pembelajaran yang diekperimenkan dengan kelompok kontrol.

Untuk mengetahui berapa rata-rata pengaruh metode pembelajaran secara keseluruhan serta masing-masing jenis metode pembelajaran yang diterapkan, maka berbagai hasil penelitian tersebut disintesis untuk dikaji melalui mata-analisis.

Glass, Mc Graw & Smith tahun 1981 (Soekamto, 1990 : 2) menngemukakan bahwa mata-analisis merupakan suatu analisis sekunder yang sistematis dengan menerapkan prosedur statistik pada hasil-hasil pengujian hipotesis berbagai penelitian primer.


IDENTIFIKASI MASALAH
Beberapa pertanayaan kritis yang perlu diajukan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Apakah penelitian-penelitian tersebut dapat dikelompokan kedalam penelitian yang secara metodologik kuat ataukah masih lemah, sehingga masih diragukan kebenarannya?
2. Apakah masih diperlukan penelitian ulang untuk memverifikasi hasil-hasil tersebut ?
3. Apakah memang terdapat perbedaan nyata antara hasil belajar siswa/mahasiswa di dalam kelompok eksperimen dibanding dengan kelompok-kelompok kontrol?
4. Apakah perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak terkontrol?
5. Bagaimana hasilnya apabila sejumlah penelitian tersebut dikumpulkan, berapa signifikasi perbedaan secara keseluruhan, berapa rata-rata besar pengaruh (effect size) metode pembelajaran terhadap hasil belajar?
6. Bagaimana besar pengaruh rata-rata tersebut dipandang dari jenis metode pembelajaran yang diterapkan, jenjang pendidikan siswa, waktu pelaksanaan dan perbedaan jenis bidang studi di dalam eksperimen itu?
7. Pada jenis metode pembelajaran, jenjang pendidikan siswa/mahasiswa, waktu pelaksanaan dan bidang studi manakah yang tertinggi rata-rata besar pengaruhnya ?

Semua pertanyaan diatas perlu dijawab agar diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa.


PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ketidak jelasan dan membatasi masalah agar tidak terlalu luas, di dalam penelitian ini (meta-analisis) masalah penelitiannya dibatasi pada “pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa secara keseluruhan”, dan ditinjau dari:
1. jenis metode pembelajaran yang diterapkan.
2. jenjang pendididkan subyek penelitian (Siswa dan Mahasiswa).
3. lamanya waktu perlakuan.
4. bidang studi yang digunakan dalam penelitian.


PERUMUSAN MASALAH
Penelitian ini merupakan suatu meta-analisis untuk menjawab petanyaan sebagai berikut:
1. Berapa besar rata-rata pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa secara keseluruhan?
2. Berapa besar rata-rata pengarauh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa ditinjau dari jenis metode yang diterapkan?
3. Berapa besar rata-rata pengaruh metode pemebelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa ditinjau dari jenjang pendidikan subyek penelitian?
4. Berapa besar rata-rata pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa ditinjau dari waktu pemberian perlakuan?
5. Berapa besar rata-rata pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa ditinjau dari bidang studi yang digunakan dalam penelitian?


KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian (meta-analisis) ini diharapkan akan dapat memberikan suatu gambaran secara keseluruhan tentang besar rata-rata pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa ditinjau dari:
1. dosen, guru (pengajar) dalam melakukan estimasi tentang pengaruh metode pembelajaran yang dipakai di kelas.
2. calon peneliti dalam melakukan kajian pustaka dimana hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan.


KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
Menurut Soeparman (1993), metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Gerlach dan Ely (1980) metode dalam kaitannya dengan pembelajaran diidentifikasikan sebagai suatu rancangan sistematik untuk menyajikan informasi dan merupakan cara atau alat yang digunakan guru untuk mengatur aktifitas siswa dalam mencapai tujuan.

Metode dapat diartikan pula sebagai suatu cara kerja yang sistematis dan umum yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan (Rohani dan Ahmadi, 1991). Sejalan dengan pendapat tersebut Surachmad (1986) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.

Dari keempat pendapat tersebut dapat dilihat bahwa faktor utama yang menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai.

Menurut Joyse dan Weil (1980) ada banyak cara untuk belajar, sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang berbeda pula. Dengan banyaknya ragam metode pembelajaran yang ada, ternyata masing-masing metoda tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan (Rohani dan Ahmadi : 1991 ; Surachmad : 1986). Oleh karena itu, ketepata metoda pembelajaran yang dipilih memainkan penerapan penting dan utama dalam meningkatkan prestasi belajar siswa/mahasiswa.

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang disusun secara sistematik yang dapat digunakan atau dipilih oleh guru/dosen untuk menyajikan materi pelajaran dan mengatur efektivitas siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Metode Analisis
Menurut Glass, Mc Grow & Smith, 1981 meta-analisis adalah analisis dari analisis, dengan kata lain, meta-analais merupakan analisis statistik atau analisis integratif tentang hasil analisis penelitian-penelitian.

Menurut Glass, Mc Grow & Smith seperti dikutip teori Soekamto (1990) meta-analisis merupakan suatu analisis sekunder yang sistematis dengan menerapkan prosedur statistik peda hasil-hasil pengujian hipotesa beberapa penelitian primer.
Tujuan utama dari meta-analisis adalah untuk mengetahui rata-rata besar pengaruh, dari beberapa hasil penelitian dengan variabel bebas sejenis dalam suatu penelitian eksperimen. Hasil meta-analisis ini sangat bermanfaat bagi para calon peneliti dalam melakukan kajian kepustakaan terhadap hasil penelitian yang relevan. Hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa begitu banyak hasil penelitian yang telah dilakukan pada bidang tertentu, adanya berbagai variabel penelitian yang dimanipulasi, dan terdapat perbedaaan nyata antara masing-masing hasil penelitian (perbandingan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol), sehingga calon peneliti kadang-kadang sukar dalam memilih dan menentukan hasil penelitian yang relevan. Oleh karena itu, hasil meta- analaisis sangat membantu calon peneliti dalam melakukan kajian penelitian yang relevan.

Glass dalam Schaefli, Rest dan Thomas (1985) berpendapat bahwa sifat meta-analisis adalah kuantitatif dan memakai analisis statistik untuk memperoleh sari informasi yang berasal dari sejumlah data dari penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk dapat dipakai di dalam meta-analisis, penelitian-penelitian itu harus bersifat primer, karena di sini diperlukan rata-rata tiap-tiap kelompok eksperimen, kelompok kontrol dan simpangan baku palingtidak dari kelompok kontrol yang ada.

Rata-rata besar pengaruh variabel bebas yang dipakai di dalam meta-analisis ini dinyatakan dengan/oleh rumus:

Dimana:
= Besar pengaruh
XE = Rata-rata kelompok eksperimen
XK = Rata-rata kelompok kontrol
SK = Simpangan baku kelompok kontrol

Magnitude tersebut menunjukan perbedaan antar kelompok dan dinyatakan dalam satuan simpangan baku relatif terhadap simpangan baku kelompok kontrol. Besar pengaruh yang bersifat positif menunjukan bahwa pengaruh variabel yang diteliti pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol, sebaliknya besar pengarauh yang bersifat negatif berarti pengaruh tersebut lebih besar pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok eksperimen.

Untuk dapat dilakukan sintesis di dalam suatu meta-analisis, perlu disusun dan diberi kode berdasarkan variabel-variabel tertentu (Glass dkk, 1984; Schaefli, Rest &Thomas; Willing, 1985). Reliabilitas pemberian kode tersebut diperoleh dengan cara membandingkan hasil coding yang dilakukan paling tidak oleh 2 peneliti.

Suatu kelemahan meta-analisis adalah tidak menilai penelitian secara kualitataif tetapi menilai secara kuantitatif berdasarkan perhitungan atau analisis atas pengelompokan yang diberikan. Untuk itu para peneliti yang akan melaksanakan meta-analisis harus menilai apakah penelitian-penelitian yang dipakai sebagai subyek memang telah memadai untuk dipakai, terutama dipandang dari segi metodologi (Glass, dkk,1984). Hal ini didukung oleh Slavin(1984) yang selanjutnya menyatakan bahwa meta-analisis tidak terlepas dari subyektivitas.

Selama melakukan meta-analisis harus diambil keputusan secara hati-hati dengan memperhitungkan :
1. mana penelitian yang diambil untuk sintesis.
2. variabel apa yang dipakai untuk coding
3. bentuk coding yang akan dipakai
4. bagaimana menginterpretasikan informasi yang diperoleh di dalam penelitian-penelitian tersebut dalam hubungannya dengan kode yang digunakan. Karena sebagaimana pada penelitian-penelitian lainjuga dianjurkan untuk mengadakan replikasi dan verifikasi pada meta-analisis.


METODOLOGI PENELITIAN
Meta analisis ini merupakan suatu penelitian yang bersifat expostfacto, berupa survai dan analisis kepustakaan terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di bidang pendidikan.

Sistesis terhadap hasil penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mengetahui berapa besar pengaruh suatu variabel secara umum dari seluruh hasil penelitian itu melalui meta-analisis.

Prosedur yang dilakukan di dalam meta-analisis ini mencangkup (1) mengumpulkan semua penelitian kuantitatif yang dapat diperoleh tentang suatu topik tertentu dalam hal ini tentang metode pembelajaran; (2) memberi kode aspek-aspek penting yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil penelitian-penelitian tadi, misalnya tingkat pendidikan, macam perlakuan yang diberikan, lama perlakuan, kebangsaan, umur subyek dan lain-lain; (3) Menghitung besar besar pengaruh untuk tiap-tiap penelitian. Apabila perlu dari satu penelitian dapat diperoleh beberapa sub penelitian yang selanjutnya dihitung besar pengaruhnya masing-masing. Besar pengaruh semua penelitian tersebut kemudian diambil rata-ratanya dan dianalisis untuk melihat apakah variabel-variabel yang telah dipakai di dalam koding ada hubungannya dengan pengaruh variabel atau topik yang diteliti.

A. Populasi
Populasi pada meta-analisis ini adalah penelitian-penelitian eksperimental di bidang pendidikan yang dilakukan para mahasiswa strata 2 di lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang telah dibukukan dalam bentuk tesis, dengan mengambil metode pembelajaran sebagai variabel bebas.

B. Sampel
Dari populasi tersebut di atas, telah diambil sebelas hasil penelitian sebagai sempel yang memenuhi syarat sintesis, kemudian sempel penelitian dipecah menjadi dua puluh empat sub penelitian.

C. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian meta-analisis ini teknik pengambilan sempel dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi syarat sisntesis dari populasi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu penelitian yang mengunakan metode pembelajaran sebagai variabel bebas yang telah diteliti oleh mahasiswa Prongram Pasca Sarjana Strata 2 di lingkungan UNJ Jakarta.

D. Instrumen
Dalam satu meta-analisis, pengkodean (coding) merupakan syarat penting untuk mempermudah pengumpulan dan analisis data. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan dalam meta-analisis ini berbentuk lembaran yang dilengkapi dengan pemberian kode (Coding category).

Variabel-variabel yang dipakai untuk pemberian kode dan yang menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menghitung besar pengaruh metod pembelajaran adalah:
1. nama peneliti dan tahun penelitian
2. jenjang pendidikan subyek yang diteliti (penelitian)
3. lama waktu perlakuan
4. variabel bebas penelitian
5. jenis metode pembelajaran yang dipakai
6. variabel terikat dalam masing-masing penelitian
7. rata-rata besar pengaruh variabel bebas yang dipakai dalam (delta = ? )
8. keterangan.

E. Teknik Pengumpulan Data
Dari semua penelitian yang telah dipilih dan dinilai memenuhi syarat sintesis, kemudian dilakukan pemecahan penelitian berdasarkan jenis metode pembelajaran yang diperbandingkan (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).

Data tentang angka rata-rata tiap-tiap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol serta simpangan baku kelompok kontrol diperoleh dari masing-masing sub penelitian yang ada.

F. Analisis Data
Dalam menganalisis data yaitu untuk menghitung besar pengaruh (effect Size), maka digunakan rumus Glass dkk (1984:149) hasil yang diperoleh dalam perhitungan ini dikelompokan berdasarkan :
1. jenjang pendidikan subyek
2. lama waktu perlakuan (dalam minggu)
3. jenis metode pembelajaran
4. jenis bidang studi dalam penelitian

Untuk tiap-tiap kelompok cicari besar pengaruh secara keseluruhan dan macam metode mana yang memberikan pengaruh terbesar untuk masing-masing kelompok.


HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Jumlah penelitian yang digunakan dalam sintesis meta-analisis ini sebannyak 11 buah penelitian, diperinci menjadi 24 sub penelitian (lihat lampiran 1)

Pengelompokan selanjutnya dilakukan berdasarkan:

1. Jenjang pendidikan subyek:
3 eksperimen tingkat sekolah dasar ( paket A)
3 eksperimen tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama
18 eksperimen tingkat perguruan tinggi

2. Lama waktu perlakuan (dalam minggu):
2 eksperimen dilakukan selama 1 sampai dengan 5 minggu
11 eksperimen dilakukan selama 6 sampai dengan 10 minggu
6 eksperimen dilakukan selama 11 sampai dengan 15 minggu
5 eksperimen dilakukan selama 16 sampai dengan 20 minggu

3. Jenis metode pembelajaran:
3 eksperimen menggunakan metode kuis
8 eksperimen menggunakan metode penugasan
5 eksperimen menggunakan metode latihan, yaitu :
2 eksperimen menggunakan metode struktural
1 eksperimen menggunakan metode deduktif
1 eksperimen menggunakan metode induktif
1 eksperimen menggunakan metode mencontoh
1 eksperimen menggunakan metode eksperimen bebas
2 eksperimen menggunakan metode orientasi

4. Jenis bidang studi yang diteliti, yaitu :
4 eksperimen dalam bidang studi matematika
3 eksperimen dalam bidang studi IPA
9 eksperimen dalam bidang studi Olah Raga
8 eksperimen dalam bidang studi Bahasa Indonesia

B. Hasil Analisis Data
Hasil yang diperoleh dari analisis data adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata besar pengaruh secara keseluruhan.
Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran pada penelitian-penelitian eksperimental yang ada adalah 1.277 dengan interval 0.627- 1.927 (? = 0,05) dan simpangan baku 1.630. perhitungan lihat lampiran 2)

2. Rata-rata besar pengaruh berdasarkan jenjang pendidikan subyek.
Hasil yang diperoleh pada penentuan secara keseluruhan rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran ditinjau dari jenjang pendidikan subjek adalah ? = 1.16 dan ? = 1.11

Analisis selanjutnya dengan merinci jenjang pendidikan subyek dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 1 : Jenjang pendidikan subyek

SD SLTA PT

N 3.00 3.00 18.00
? 1.36 0.79 1.34
? 1.00 0.94 1.39


Dari data tersebut diatas dapat terlihat bahwa rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran tertinggi terdapat pada jenjang SD, selanjutnya pada jenjang PT dan yang terkecil pada jenjang SLTA. Namun apabila dilihat dari simpangan baku yang diperoleh pada masing-masing jenjang maka dapat dikatakan bahwa rata-rata besar pengaruh secara konsisten yang tertinggi terdapat pada jenjang SLTA selanjutnya pada jenjang SD dan yang terendah pada jenjang PT.

3. Rata-rata besar pengaruh berdasarkan lama perlakuan (dalam minggu).
Secara keseluruhan rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran ditinjau dari lama perlakuan yang diberikan adalah = 1.05 dengan simpangan baku = 1.05. perhitungan selanjutnya pada analisis memberikan hasil seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 : Lama perlakuan (dalam minggu)

1-5 6-10 11-15 16-20

n 2 11 6 5
? 0.88 1.83 1.36 0.11
? 1.32 1.36 1.09 0.44

Hasil ini menunjukan bahwa rata-rata besr pengaruh metode pembelajaran tertinggi adalah apabila perlakuan diberikan selama 6-10 minggu, berikutnya 11-15 minggu, 1-5 minggu dan yang terendah adalah perlakuan 16-20 minggu, walaupun kelihatan memberikan hasil yang rendahnamun disini memiliki hasil yang rendah sehingga dapat dikatakan konsisten.

4. Rata-rata besar pengaruh berdasarkan jenis metode pembelajaran yang diterapkan.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran ditinjau dari jenis metode yang diterapkan dalam proses belajar mengajar adalah = 1.32 dengan simpangan baku = 0.71

Perincian mengenai hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 : Jenis metode pembelajaran yang digunakan

a b c d e f g h i

n 3 8 5 2 1 1 1 1 2
? 1.19 1.03 1.56 2.20 0.10 1.51 0.50 3.07 0.64
? 1.48 1.07 1.86 1.39 0 0 0 0 0.56

Keterangan:
a . Metode kuis d. Metode struktural g. Metode mencontoh
b . Metode penugasan e. Metode deduktif h. Metode eksperimen
c . Metode latihan f. Metode induktif i. Metode oreintasi

Dari hasil analisis data yang tersaji pada tabel 3 terlihat bahwa rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran tertinggi apabila metode yang digunakan ekperimrn bebas, selanjutnya disusul strukturalisme, latihan, induktif, kuis, penguasaan, orientasi, mencontoh, dan yang terkecil adalah metode deduktif. Tetapi walaupun metode eksperimen bebas memperoleh rata-rata tertinggi, belum dapat diambil kesimpulan karena jumlah penelitian yang menggunakan metode ini hanya satu, demikian juga untuk metode deduktif, induktif, dan mencontoh. Untuk metode lainnya dilihat dari standar deviasi sudah menunjukan hasil yang cukup konsisten.

5. Rata-rata basar pengaruh berdasarkan bidang studi.
Hasil analisis data yang diperoleh untuk rata-rata pengaruh secara keseluruhan dari metode pembelajaran ditinjau dari bidang studi yang diteliti adalah = 1.12 dengan simpangan baku =1.00. peincian lebih lanjut tentang hasil analisis data seperti tersebut pada tabel berikut:

Tabel 4: Bidang studi

Mat IPA OR BI

n 4 3 9 8
? 0.01 1.36 1.54 1.58
? 0.40 1.00 1.49 1.14

Keterangan:
Mat = Matematika
OR = Olah Raga
IPA = Ilmu Pengetahuan Alam
BI = Bahasa Indonesia

Dari data pada Tabel 4 dapat terlihat bahwa rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran tertinggi diperoleh pada program pendidikan di bidang Bahasa Indonesia, disusul Olah Raga, dan IPA, sedangkan untuk bidang studi Matematika penggunaan metode pembelajaran menunjukan hasil yang rendah.

Dilihat dari standar deviasi yang dihasilkan, penerapan media pembelajaran pada keempat bidang studi di atas menunjukan hasil yang cukup konsisten.


KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil yang diperoleh pada meta-analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/mahasiswa cukup tinggi yaitu kira-kira satu setengah kali simpangan baku rata-rata kelompok kontrol.
2. Metode pembelajaran yang diterapkan di jenjang SD memberikan rata-rata besar pengaruh tertinggi, sedangkan yang terendah pada jenjang SLTA. Tetapi meskipun menunjukan hasil terendah, dalam hal rata-rata besar pengaruh yang konsisten menunjukan hasil yang tertinggi.
3. Rata-rata besar pengaruh metode pemebelajaran yang tertinggi diperoleh apabila metode tersebut diterapkan untuk jangka waktu 6-7 minggu, sedangkan terendah apabila diterapkan pada jangka waktu 16-20 minggu. Tetapi walaupun menunjukan hasil terendah, dalam pengaruh yang bersifat konsisten jangka waktu 16-20 minggu menunjukan hasil yang tertinggi.
4. Penggunaan metode eksperimen bebas dalam menyampaikan materi pelajaran ternyata memberikan rata-rata besar pengaruh yang tinggi, disusul oleh metode struktural. Dan metode deduktif memberikan rata-rata besar pengaruh terendah. Tetapi meskipun metode eksperimen bebas menunjukan rata-rata besar pengaruh tertinggi tidak dapat diambil kesimpulan karena jumlah penelitian yang menggunakan metode ini hanya satu buah. Berdasarkan kriteria, untuk data dengan rata-rata besar pengaruh tertinggi, terdapat pada metode strukturalisme dan rata-rata besar pengaruh terendah pada metode orientasi.
5. Metode pembelajaran yang ditetapkan di bidang studi Bahasa Indonesia menunjukan rata-rata besar pengaruh yang tinggi, sedangkan besar pengaruh terendah terdapat apabila metode pembelajaran diterapkan pada bidang studi Matematika.

B. Diskusi
1. Seperti telah dikemukakan di atas, secara keseluruhan rata-rata besar pengaruh metode pembelajaran adalah 1.277. ini berarti bahwa metode pembelajaran mampu menggeser nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebagai hasil belajarnya sebesar 1.277 kali simpangan baku nilai rata-rata yang diperoleh pada kelompok kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum pemakaian suatu metode pembelajaran tertentu akan dapat meningkatkan nilai siswa sebesar satu tingkat di atasnya, misalnya dari b ke a (apabila dipakai sebagai patokan rentangan adalah satu sampai 1.5 simpangan baku)
2. Penerapan metode pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan siswa ternyata memberikan hasil yang berlainnan pula. Di tingkat SD, rata-rata besar pengaruh menunjukan anggka yang paling tinggi. (1.36 kali simpangan baku di kelompok kontrol) selain menunjukan pengaruh yang cukup tinggi, juga menunjukan hasil yang konsisten. Ini menunjukan bahwa dengan metode pembelajaran yang dipilih dengan tepat maka hasil belajar siswa akan dapat diharapkan meningkat pula. Di PT pengaruh ini masih cukup besar, tetapi menurun dan bersifat konsisten di SLTA. Hal ini mungkin disebabkan karena terjadi perubahan fisik dan psikis pada anak SLTA dalam upaya mencari identitas dirinya, sehingga keadaan psikologisnya kurang begitu mantap. Untuk lebih jelasnya perlu ada pengkajian lebih lanjut.
3. Waktu 6-10 minggu ternyata dapat meningkatkan nilai yang diperoleh siswa kurang lebih 1.83 kali simpangan baku pada kelompok kontrol. Hal ini sejalan pula dengan hasil yang diperoleh Schaefti dkk (1985) dimana alokasi 4-10 minggu melipakan waktu yang optimal, waktu yang terlalu singkat 1-5 minggu tidak menunjukan hasil yang baik. Mungkin saja di sini timbul pengaruh Howthorne di mana siswa merasakan adanya suatu yang baru, sehingga adanya metode baru tersebut menyebabkan mereka perlu mengadakan penyesuaian.

C. Kelemahan dan Keterbatasan
Meskipun memberikan hasil yang menarik untuk disimak tetapi perlu dikemukakan bahwa penelitian meta-analisis yang telah dilakukan ini juga tidak luput dari adanya kelemahan-kelemahan dan keterbatasan.

Pertama penelitian-penelitian yang diambil sebagai subyek meta analisis pada umumnya kalau tidak dapat dikatakan semuanya merupakan penelitian yang bersifat kuasi eksperimental di mana peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel yang ada. Dengan demikian hasil-hasil yang dilaporkan perlu ditafsirkan secara hati-hati karena adanya kemungkinan kontaminasi atau pembauran pengaruh dari variabel-variabel lain.

Kedua sebagian besar penelitian yang telah dipakai ternyata menunjukan adanya kelemahan metodologis, terutama dalam instrumentasi dan teknik pengumpulan data. Dengan demikian validitas dan reliabelitas data yang diperoleh masih perlu dipertanyakan. Sebagai akibat tentu saja hasil yang diperoleh pada analisis data yang bersifat demikian perlu diterima dengan skeptik.

Kelemahan ketiga ialah bahwa di dalam setiap penelitian, terutama yang bersifat eksperimental, tentu terdapat penyimpangan-penyimpangan yang disebabkan oleh beberapa faktor peneliti, adanya pengaruh Hawthorne pada kelompok eksperimental dan John Henry pada kelompok kontrol dan sebagainya (Brog & Gall, 1981). Tentu hal ini mempengaruhi hasil yang diperoleh di dalam penelitian-penelitian tersebut.

Meskipun diketahui adanya kelemahan-kelemahan pada penelitian yang dipakai sebagai subyek tetapi meta-analisis ini perlu memakai penelitian-penelitian tersebut karena memang ingin diketahui apakah ada yang dilaporkan sebagai metode pembelajaran yang berhasil meningkatkan hasil belajar siswa memang demikian adanya. Adanya kelemahan-kelemahan ini justru merupakan alasan mengapa hasil meta-analisis ini perlu ditafsirkan secara hati-hati pula.

D. Implikasi dan Saran-saran
Hasil meta-analisis ini telah menunjukan bahwa peranan metodologi pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sangat besar. Guru/dosen di dalam kelas tidak hanya lagi merupakan orang yang memindahkan ilmu dan pengetahuan kepada siswa tetapi ia harus lebih bersifat dan bertindak sebagai pengelola yang dapat mengatur pengalaman-pengalaman belajar apakah yang diperlukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan lancar. Semua hal yang menyangkut pemilihan pengalaman belajar yang diperlukan siswa ini tercakup dalam strategi instruksianal yang perlu dikuasai oleh seorang guru. (Worell & Stiwell, 1981) ini antara lain mencangkup pemahaman tentang karakteristik siswa seperti jenjang pendidikan, alokasi waktu pengajaran, pemilihan media, pengelompokan siswa, bidang studi/disiplin ilmu yang diajarkan dan sebagainya.

Saran-saran yang dapat dikemukakan di dalam meta analisis ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya suatu replikasi dan verifikasi tentang apa yang telah dilakukan disini, untuk menguji kembali hasil yang diperoleh, karena sempel penelitian ini relatif kecil yakni n penelitian primer yang diperinci ke dalam 24 sub penelitian. (n=24) Mungkin perlu di dalam meta-analisis yang akan datang lebih diperbanyak tesis-tesis yang diteliti. Dengan makin banyaknya jumlah sempel yang akan diambil, diharapkan generalisasi hasil penelitian dapat dilakukan secara representatif dan akan dapat lebih sempurna.
2. Perlu dilakukan suatu meta-analisis terhadap penelitian primer yang memiliki variabel penelitian (variabel bebas dan terikat) sejenis, agar hasil yang diperoleh dapat menjadi masukan yang berguna bagi guru/dosen serta calon peneliti.
3. Hasil meta-analisis ini menunjukan bahwa meode pembelajaran memiliki rata-rata besar pengaruh secara keseluruhan sebesar 1.277 kali simpangan baku pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukan bahwa metode pembelajaran sangat berperan penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran dalam mempelancar proses belajar siswa, oleh karena itu metode pembelajaran ini perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru/dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, termasuk para calon pengajar yang sedang menimba ilmu pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
4. Para guru/dosen pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) perlu memperhatikan dan mempraktekan secara konsisten tentang metode pembelajaran ini dalam proses pembelajaran di kelas, karena hal ini menjadi contoh kongkrit dan memberikan pengalaman belajar yang cukup menentukan bagi para mahasiswa calon pengajar (Guru/Dosen). Bermacam-macam metode pembelajaran dapat diterapkan sesuai situasi dan kondisi pada saat proses pembelajaran itu dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Badiran, Muhammad,. (1987). Pengaruh metode mengajar dan disain instruksional terhadap prestasi belajar keterampilan mengajar mahasiswa Program D3 FPBS Medan, Tesis, Jakarta : Fakultas Pasca Sarjana, IKIP Jakarta.
Brog, Walter R. &Gall, Meredith D. (1983). Educational Reasearch. An Introduction.4th ed. New York : Longman Inc.
Davies, Ivor.K.,. (1971). The Management Learning, London : Mc Graw Hill Book Co. (UK) Ltd
Gagne, Robert F dan Briggs, Leslie J. (1970). Principles of Instructional Design, 2nd ed. New York : Holt, Rinehart & Winston.
Gersie, Rosemary L., Langer, Philip & Glass, Gene V. (1985). Meta analysis of the Effects of The Type and Combination of Feed Back on Children’s Discrimination Learning. Rev. of Ed Res. Spring 1985. Vol. 55. (1). h. 9 - 12
Glass Gene V., Gaw. M .L. .(1981). Meta analysis in Social Research. Berverly Hills Ca.: Sage Publications.
Hemington, Mack . (1981). Effect of Intensive Multicultural, Non sexitst Intruction of Secondary Student Teachers, ShawneeCounty : Educational Research Quarterly Vol.6. (1). h.. 65-75
Lawton, Joseph T dan Wanska, Susan K. (1979). The effect of Defferent Types of Advance Organiziers of the Classification Learning, Kansas : American Educational Research Journal Vol. 16, (3). h. 223-239.
Soekamto Toeti. (1989). Keefektifan Strategi Iinstruksional : Suatu Meta analisis, Jakarta : Lembaga Penelitian IKIP Jakarta
Surakhmad, Winarno. (1976). Sari Didaktik Metodelogi Pengajaran, Bandung : Penerbit Jemnars
Suparman, Atwi . (1993). Disain Instruksional, Jakarta : PAU-UT
Peran dan fungsi musyawarah guru mata pelajaran dalam upaya meningkatkan kompetensi
profesional guru matematika sekolah menengah atas di kota Tegal
Rismono
Rismono, S. 8504006, 2005. PERAN DAN FUNGSI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN DALAM
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH
ATAS DI KOTA TEGAL. Tesis : Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Tesis ini berusaha menggali peran dan fungsi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam
upaya meningkatkan kompetensi profesional guru matematika Sekolah Menengah Atas di Kota Tegal. Hal ini
dilatarbelakangi bahwa Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai organisasi guru mata pelajaran
sejenis merupakan organisasi profesi yang memiliki potensi dan daya dukung dalam upaya meningkatkan
kompetensi profesional guru yang berujung kepada peningkatan kualitas pendidikan. Permasalahan dalam
tesis ini adalah (1) bagaimana peran MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru
matematika, (2) bagaimana fungsi MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru
matematika dan (3) sejauhmana peningkatan kompetensi profesional guru matematika melalui peran dan
fungsi MGMP. Sesuai dengan judul tesis, maka penelitian dilakukan terhadap Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Matematika SMA Kota Tegal dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang
melibatkan 4 (empat) orang nara sumber berasal dari pengurus MKKS SMA Kota Tegal, pengurus MGMP
Matematika SMA Kota Tegal, Kepala SMA Negeri 4 Tegal dan Guru SMA Negeri 4 Tegal. Hasil studi
terhadap peran dan fungsi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam upaya meningkatkan
kompetensi profesional guru matematika Sekolah Menengah Atas di Kota Tegal merupakan gambaran
tentang kondisi organisasi MGMP Matematika SMA Kota Tegal yang mandiri, tidak mempunyai struktur
organisasi hierarkis, birokratik dan saling bergantungan, tetapi merupakan wadah berkumpulnya guru mata
pelajaran sejenis. Kendati demikian MGMP mempuyai tugas dan tanggung jawab dalam membantu
meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kompetensi guru, seperti tersebut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 38 tahun 1992 tentang tenaga kependidikan Bab XIII, pasal 61 ayat (1) yang menyatakan
bahwa tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga
kependidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara optimal. Dalam penyelenggaraan MGMP menurut
Program Pendidikan Menengah Umum tahun 2003 pada Revitalisasi MGMP diharapkan peran dari MGMP
berupa (1) melaksanakan pengembangan wawasan, pengetahuan dan kompetensi sehingga memiliki
dedikasi tinggi, (2) melakukan refleksi diri ke arah pembentukan profil guru yang profesional dan fungsi
MGMP dalam konteks manajemen sekolah berupa (1) sebagai wahana komunikasi profesional para guru
mata pelajaran sejenis, (2) memfasilitasi pengembangan profesionalisme guru, (3) sarana pengembangan
inisiatif dan inovasi dalam rangka peningkatan mutu, (4) pembelajaran melalui berbagai cara seperti diskusi,
seminar, loka karya dan sebagainya, (5) mengembangkan strategi pembelajaran dengan berbagai model
pembelajaran yang efektif, (6) mengembangkan akreditasi guru. Hasil penelitian di lapangan mengenai peran
dan fungsi MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru matamatika SMA di Kota Tegal
belum optimal dilakukan, peran MGMP baru sebagai kepanjangan tangan dari MKKS SMA dalam
menyampaikan informasi dan kebijakan pendidikan kepada guru, sebagai jembatan dalam memahami
format-format pembelajaran bagi guru, sebagai tempat sharing pengalaman antar guru sedangkan fungsi
MGMP hanya merupakan tempat yang strategis untuk menyebarkan hasil penataran/pelatihan, workshop,
lokakarya dan semacamnya, merupakan tempat dalam kegiatan menyusun perangkat mengajar, merupakan
sarana pengembangan penggunaan multimedia pembelajaran. Peningkatan kompetensi profesional guru
melalui peran dan fungsi MGMP baru pada peningkatan kompetensi guru dalam menyusun perangkat
pembelajaran, mendapatkan pengetahuan baru dari adanya sharing pengalaman antar guru dalam kegiatan
belajar mengajar serta mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan multi media dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut ; perlu diupayakan
kelengkapan sarana dan pendanaan bagi kegiatan MGMP, upaya pembinaan dan monitoring pelaksanaan
kegiatan MGMP secara berkala.
1/1
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VIIA SMPN 1 TAMBAN TAHUN AJARAN 2007/2008 MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA KONSEP EKOSISTEM.


I. LATAR BELAKANG
Lingkungan yang spesifik dan kondisional akan memberikan ragam persoalan IPA dan memberikan relevansi antara teoritis dan aplikasi. Serta akan melibatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoris siwa sehingga pemahaman konsep yang didapatkan akan lebih mengena (melekat) dibandingkan dengan penjelasan melalui ceramah (Sandhi, 2007).
Hal ini sejalan dengan pandangan Dirjen Dikdasmen Indra Jati Sidi dalam Mastur (2007) bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif, tetapi juga berorientasi pada cara anak didik dapat belajar dari lingkungan, pengalaman, dan kehebatan orang lain, kekayaan dan luasnya hamparan alam sehingga mereka bisa mengembangkan sikap kreatif dan daya pikir imajinatif. Dengan penugasan di luar kelas melalui proyek, siswa diharapkan akan semakin terlibat dan apresiatif terhadap materi lingkungan hidup yang dipelajari. Dengan pendekatan kontekstual, seorang guru berusaha menunjukkan kepada siswa, betapa materi lingkungan hidup yang dipelajarinya sebenarnya sangat dekat, bahkan berinteraksi secara langsung dengan pengalaman keseharian mereka. Akibatnya, pembelajaran materi lingkungan hidup dapat berlangsung dengan penuh makna , dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan hidup.
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran melalui lingkungan salah satunya dilaksanakan Afriani (2005) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan lingkungan dapat mengoptimalkan pemahaman siswa tentang konsep ekosistem, pemahamana siswa tentang pembelajaran konsep ekosistem meningkat dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa untuk postes siklus 1 dari 78% menjadi 86,9 % pada siklus 2, proses selama pembelajaran sudah tergolong baik dan kinerja siswa selama proses pembelajaran menjadi lebih baik. Hasil penelitian Mardiana (2001), bahwa belajar dengan memanfaatkan taman sekolah mendapatkan hasil yang lebih baik, dalam pembelajaran ekosistem pada siswa kelas 1 SLTP Negeri 4 Martapura yang diukur dengan tes formatif. Selain itu, penelitian yang telah dilakukan Sukamto (2001) hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan STP Marsudi Wiyata dapat dimanfaatkan untuk kegiatan relajar Biologi kelas 1 dalam pokok bahasan makhluk hidup, keanekaragaman makhluk hidup, keanekaragaman tumbuhan, tumbuhan biji, ekosistem dan saling ketergantungan.
Menurut Afriyani (2005) menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran tidak terlepas dari berbagai kendala, sehingga perkembangannya terasa lambat. Belajar di luar kelas terkesan banyak menyita waktu, tidak serius, dan ada juga yang berpandangan bahwa belajar di luar kelas adalah tidak belajar. Pandangan-pandangan ini harus diubah karena sangat merugikan kelangsungan proses pembelajaran. Untuk mengatasi kendala waktu dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan pemanfataan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar, maka diformulasikan keterpaduan antara kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler.
Berdasarkan informasi dari guru biologi kelas 1 SMPN 1 Tamban, pembelajaran biologi umumnya disampaikan dengan cara ceramah, walaupun guru yang bersangkutan pernah mencoba membawa ke lingkungan, namun tanpa menggunakan LKS dan pembagian kelompok. Cara penyampaian guru seperti ini cenderung tidak melibatkan siswa secara aktif.
Konsep-konsep biologi yang disampaikan masih kurang dipahami oleh siswa, hal ini terlihat dari nilai ulangan harian siswa pada konsep ekosistem memperoleh nilai rata-rata sebesar 58,4 pada tahun ajaran 2006-2007, dari nilai ulangan harian ini ada 12 siswa yang tuntas secara individual, yakni yang mencapai nilai ≥ 65, dan ini berarti siswa mencapai ketuntasan klasikal sebesar 40% sedangkan hasil relajar yang diharapkan dengan ketuntasan klasikal 85%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa konsep ekosistem ini cukup sulit, karena banyaknya siswa yang belum tuntas belajar.
Berdasarkan hal tersebut maka dianggap penting bagi peneliti untuk mengadakan penelitian melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada konsep ekosistem untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas VIIA SMPN 1 Tamban tahun ajaran 2007/2008.

II. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah dengan melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep ekosistem pada kelas VIIA SMPN 1 Tamban tahun ajaran 2007/2008?

III. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Materi yang diajarkan dibatasi hanya pada konsep ekosistem dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.
2. Lingkungan sekitar sekolah yang dijadikan sebagai sumber belajar adalah kebun, kolam, lahan kosong, parit, sungai, halaman sekolah, dan taman sekolah.

IV. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas VIIA SMPN 1 Tamban ajaran 2007/2008 melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar pada konsep ekosistem.


V. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh peneliti, pihak sekolah, guru biologi dan para siswa.
1. Peneliti yang bersangkutan dapat memiliki pengalaman untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang dapat diterapkan nantinya dalam kegiatan pembelajaran biologi.
2. Sekolah yang bersangkutan dapat memelihara lingkungan sekitar sekolah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi kelangsungan kegiatan proses belajar-mengajar.
3. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai salah satu sumber belajar yang dapat membantu guru dalam menyampaikan dan memperjelas konsep-konsep biologi.
4. Siswa termotivasi dan terbantu dalam mengenal lingkungan sebagai salah satu sumber belajar dalam pembelajaran.

VI. TINJAUAN PUSTAKA
6.1 Sumber Belajar
6.1.1 Pengertian Sumber Belajar
Edgar Dale (1969) dalam anonim (2007) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah, ' segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.' Pendapat lain dikemukakan oleh Association Educational Comunication and Tehnology AECT (1977) yaitu ' berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Menurut Rohani (1997) sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.



6.1.2 Manfaat sumber belajar
Menurut Rohani (1997) manfaat sumber belajar antara lain meliputi :
1. Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi, atau dilihat secara langsung dan konkret.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.
4. Dapat memberi infomasi yang akurat dan terbaru.
5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup mikro maupun makro.
6. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
7. Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
6.1.3 Ciri-ciri sumber belajar
Menurut Rohani (1997) ciri-ciri sumber belajar antara lain meliputi :
1. Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai secara maksimal.
2. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.
3. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk maupun isi.
b. Tidak mempunyai tujuan instruksiona tujuan instruksional yang eksplisit.
c. Hanya dipergunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu atau secara insidenta.
d. Dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan instruksional.
4. Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.


6.1.4 Pembagian sumber belajar
Menurut Rohani (1997) pembagian sumber belajar antara lain meliputi :
1. Sumber belajar cetak : buku, majalah, ensiklpedi, brosur, koran, poster, denah, dan lain-lain.
2. Sumber belajar non cetak : fim, slide, video, model, boneka, audio kaset, dan lain-lain.
3. Sumber belajar yang berupa fasilitas : audotorium, perpustakaan, ruang belajar, meja belajar individual (carrel), studio, lapangan olahraga dan lain-lain.
4. Sumber belajar yang berupa kegiatan : wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan dan lain-lain.
5. Sumber belajar yang berupa lingkungan dari masyarakat : taman, terminal, dan lain-lain.
Pengelompokkan sumber-sumber belajar menurut Udin saripuddin dan Winataputra dalam Djamarah & Zain (1995) dibedakan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
6.2 Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Menurut Susilo (2003) sumber belajar yang dipiih dari lingkungan sekitar dapat berupa objek tempat tertentu, majalah, koran maupun brosur. Lingkungan sekitar yaitu lingkungan rumah, sekolah, sawah atau hutan, dapat digunakan sebagai sumber belajar yang baik. Oleh karena itu dalam mempelajari lingkungan, sejauh mungkin mencari kesempatan untuk bisa belajar dari alam. Pendidikan dalam lingkungan ini memberi kesempatan siswa untuk mengumpulkan data dari kegiatan pengamatan, pembuatan sketsa, pemotretan, wawancara dan pengukuran. Dalam mengembangkan pembelajaran biologi perlu diingat bahwa lingkungan siswa sendiri adalah sumber belajar biologi yang sangat berharga. Melalui lingkungan kelas, sekolah atau rumah akan sangat bearti bagi siswa untuk berperan aktif dalam mengelola lingkungan mereka. Pendekatan lingkungan diberikan agar siswa peduli terhadap lingkungan. Secara rinci siswa memperoleh hal-hal berikut :
- peduli akan kualitas lingkungan
- sikap menghargai lingkungan
- rasa tanggung jawab atas tingkah laku mereka terhadap lingkungan
- kemauan untuk menilai pengaruh tingkah laku mereka terhadap lingkungan.
- antusias untuk menyelidiki aspek-aspek lingkungan.
- sikap hormat terhadap hal, kebutuhan, dan pendapat orang lain
- sikap menghargai kebutuhan adanya kerjasama lokal, nasional dan internasional
- mencegah timbunya masalah dan mengatasi masalah lingkungan
- sikap menghargai karakter unik lingkungan Indonesia
- sikap menghargai sumbangan yang teah diberikan masyarakat terhadap lingkungan.
Menurut Depdiknas (2003) dalam Sandhi (2007) laboratorium lingkungan dapat bermakna kebun sekolah atau lahan/tanah yang dijadikan alat perantara keberhasilan proses belajar mengajar agar pembelajaran dapat lebih berakar dalam pikiran keterampilan dan sikap anak. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Proses pembelajaran IPA diharapkan memberi penekanan yang besar pada penguasaan kompetensi yang disebut “life skill”, yang berarti kecakapan hidup yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari solusi untuk mengatasinya. Strategi pembelajaran IPA diharapkan lebih mengedepankan pendekatan kontekstual, artinya lingkungan diharapkan dapat sebagai sumber belajar dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. lingkungan adalah sebuah ekosistem yang dapat dijadikan tempat penelitian, merupakan sarana alamiah dan spesifik. Mengingat lapangan terbuka dapat memberikan interaksi antar komponen (siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau sebaliknya) akan berlangsung dengan baik serta menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator berlangsungnya pembelajaran di ruang terbuka. Hal ini akan melibatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoris siwa sehingga pemahaman konsep yang didapatkan akan lebih mengena (melekat) dibandingkan dengan penjelasan melalui ceramah.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pemanfaatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Ada empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru. Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar (Suniarsih, 2007).
6.3 Kedudukan Konsep Ekosistem di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Di dalam KTSP konsep ekosistem ini merupakan materi pelajaran Biologi untuk SMPN kelas VIIA semester 2 dengan standar komptensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut :
Standar kompetensi :
Komptensi dasar :

Indikator :





6.4 Materi tentang Ekosistem
Adapun uraian materi pelajaran yang akan dipelajari adalah sebagai berikut :
6.4.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem merupakan hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya (makhluk tak hidup) membentuk suatu sistem. Sebuah kebun, halaman sekolah, kolam, parit, sungai, lahan kosong dan taman sekolah masing-masing merupakan suatu ekosistem. Ilmu yang mempelajari ekosistem adalah ekologi.
Seluruh ekosistem di permukaan bumi membentuk suatu ekosistem yang sangat besar, yakni ekosistem dunia atau biosfer. Biosfer meliputi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi beserta udara, air, dan tanah di sekitarnya.
6.4.2 Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem
Di dalam ekosistem terdapat satuan-satuan makhluk hidup yang dinamakan individu, populasi, dan komunitas yang saling berinteraksi dengan komponen benda tak hidup, misanya air dan udara.
1. Individu
Di dalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis makhluk hidup, melainkan ada berbagai jenis makhluk hidup. Pada habitat perairan terdapat makhluk hidup, yaitu ikan kecil, ikan lundu, ikan seluang, ikan gabus, ikan sepat, teratai, kangkung, salvinia sp, ganggang dan hydrilla sp. Jumlah setiap jenis makhluk hidup tersebut lebih dari satu. Satu ekor ikan gabus atau satu ekor ikan sepat disebut individu. Satu ganggang disebut individu. Demikian juga dengan manusia. Seorang manusia disebut individu. Individu adalah satuan makhluk hidup tunggal (Sumarwan dkk.,2004).
2. Populasi
Ikan gabus yang hidup di kolam SMPN 1 Tamban jumlahnya lebih dari satu. Demikian juga dengan tumbuhan air seperti Hydrilla sp, ganggang, Salvinia sp dan teratai. Semua ikan sepat yang hidup di kolam tersebut disebut populasi ikan sepat, semua Salvinia sp disebut populasi Salvinia sp, semua teratai disebut populasi teratai, dan semua tumbuhan Hydrilla sp disebut populasi Hydrilla sp, semua ganggang disebut disebut populasi ganggang. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap di suatu daerah tertentu (Sumarwan dkk.,2004).
Kepadatan Populasi
Jumlah individu sejenis atau anggota suatu popuasi pada suatu daerah dengan luas tertentu disebut kepadatan populasi. Kepadatan populasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kepadatan popuasi = banyaknya individu sejenis
Luas daerah yang ditempati
Kepadatan populasi dapat berubah karena beberapa hal berikut ini :
a. Kelahiran dan kematian. Kelahiran menyebabkan kepadatan populasi meningkat, sedangkan kematian menyebabkan kepadatan populasi menurun.
b. Perpindahan (migrasi). Migrasi yang menambah populasi disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan migrasi yang mengurangi populasi disebut migrasi keluar (emigrasi).
Pada umumnya, kepadatan populasi tetap, karena jumlah kelahiran biasanya diimbangi oleh jumlah kematian, dan migrasi keluar diimbangi oleh migrasi masuk. Akan tetapi, kadang-kadang terjadi perubahan yang besar pada kepadatan populasi. Salah satu penyebabnya ialah perubahan atau kerusakan lingkungan.
Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Jenis-jenis habitat antara lain : habitat air tawar, air asin, dan habitat darat.
3. Komunitas
Semua populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu daerah atau lingkungan yang sama disebut komunitas. Misalnya populasi ikan gabus, populasi ikan kecil, ikan sepat, populasi teratai, dan populasi Hydrilla sp di kolam merupakan anggota komunitas air. Di antara anggota komunitas ini terjadi interaksi atau hubungan timbal balik. Komunitas adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang hidup pada suatu daerah tertentu (Sumarwan dkk.,2004).
6.4.3 Saling hubungan antarkomponen ekosistem
Setiap ekosistem tersusun oleh benda-benda tak hidup dan makhluk hidup. Benda-benda tak hidup merupakan komponen abiotik (a berati “tidak”, bio bearti “hidup”) dari suatu ekosistem, dan makhluk hidup merupakan komponen biotik dari ekosistem tersebut.
1. Peran komponen abiotik
Komponen abiotik yang berpengaruh terhadap makhluk hidup antara lain tanah, air, udara, cahaya matahari dan suhu.
2. Peran komponen biotik
Setiap jenis makhluk hidup mempunyai peran tertentu di dalam suatu ekosistem. Peran ini berhubungan dengan cara-cara makhluk hidup tersebut memenuhi kebutuhan makanannya. Ada makhluk hidup yang dapat membuat sendiri makanannya, ada yang harus mengambil makanan dari makhluk hidup lain, dan ada pula yang memperoleh makanannya dengan jalan menguraikan makhluk yang telah mati. Berdasarkan cara memperoleh makanan itu, komponen biotik dari suatu ekosistem dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu produsen (penghasil), konsumen (pemakai), dan dekomposer (pengurai) (Muid & Kamajaya, 2007).
a). Produsen
Semua produsen dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Mereka mampu membentuk zat-zat organik dari zat anorganik sederhana. Pembentukan makanan ini dapat melalui proses fotosintesis dengan bantuan energi cahaya dan klorofil atau zat hijau daun.
Sebagai produsen, tumbuhan hijau menghasilkan makanan (karbohidrat) dan O2 melalui proses fotosintesis. Makanan ini dimanfaatkan oleh tumbuhan sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain, yaitu konsumen. Sementara itu, produsen menggunakan sumber energi matahari dalam proses fotosintesis. Dengan demikian, matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan (Sudjino, 2007).
b). Konsumen
Semua konsumen tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat organik yang telah dibentuk oleh produsen atau dari konsumen lain yang menjadi mangsanya. Zat-zat organik ini digunakan oleh konsumen sebagai sumber energi (Sudjino, 2007).
c). Pengurai
Semua makhluk hidup akhirnya akan mati. Daun-daun kering berguguran, pohon-pohon tua tumbang, dan hewan-hewan mati menjadi bangkai. Namun demikian, bumi tidak dipenuhi oleh sampah tumbuhan dan bangkai hewan. Hal ini semua berkat adanya pengurai (dekomposer), yaitu konsumen khusus, yang mengambil makanan dari bangkai atau makhluk hidup yang telah mati. Bakteri dan jamur saprofit merupakan organisme yang termasuk dekomposer.
6.4.4 Ketergantungan Antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai.
a. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
1) Rantai makanan

Gambar : Rantai makanan yang berlangsung di lahan kosong SMPN 1 Tamban
Urutan makan dan dimakan seperti pada gambar diatas membentuk suatu pola. Pola-pola makan-memakan yang berurutan ini memberikan kesan saling mengait seperti “rantai”. Oleh karena itu, pola seperti itu disebut rantai makanan. Dalam makanan terdapat energi, proses makan dan dimakan pada dasarnya merupakan proses perpindahan energi. Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu (Sudjino, 2007).
2) Jaring-jaring makanan
Konsumen tidak hanya tergantung pada satu macam makanan saja. Misalnya , sapi tidak hanya makan rumput, tetapi dapat juga makan tumbuhan perdu. Demikian pula sebaliknya. Satu jenis makanan dapat dimakan oleh lebih dari satu macam konsumen. Misalnya, rumput tidak hanya dimakan oleh sapi, tetapi dimakan juga oleh kambing atau kerbau. Dengan demikian, konsumen pada suatu rantai makanan dapt menjadi anggota rantai makanan yang berbeda. Jadi, rantai-rantai makanan dapat saling tumpang tindih atau saling berhubungan satu sama lain membentuk suatu jaring-jaring yang simpang siur, dan disebut jaring-jaring makanan. Jadi, kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut jaring-jaring makanan (Muid & Kamajaya, 2007).

b. Piramida Makanan dan Aliran Energi
1). Piramida makanan





Ikan kecil

alga

Gambar : Dasar piramida selalu ditempati oleh produsen dan jumlahnya paling banyak.
Dalam piramida makanan, produsen dan konsumen menduduki tingkat-tingkat tertentu. Tingkatan-tingkatan tersebut dinamakan tingkat tropik. Produsen menempati tingkat tropik 1, konsumen 1 menempati tingkat tropik 2, konsumen II menempati tingkat tropik 3, dan seterusnya. Piramida makanan adalah komposisi rantai makanan yang makin ke atas jumlahnya makin kecil (Sumarwan dkk.,2004).
2). Aliran Energi
Dalam suatu ekosistem terjadi proses makan dan dimakan yang dilakukan organisme untuk memperoleh tenaga atau energi. Di dalam proses makan dan dimakan tersebut juga berlangsung aliran energi.
Dalam jaring-jaring kehidupan, hanya sebagian kecil dari energi mengalami perpindahan dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Energi yang tersimpan dalam produsen tidak seluruhnya akan pindah ke dalam jaringan tubuh konsumen tingkat pertama. Dari sejumlah energi yang tersimpan dalam jaringan, yang disimpan dalam tubuh konsumen kira-kira 10% saja. Energi yang lain akan digunakan untuk gerak, aktivitas biologis, dan sebagian energi hilang sebagai panas, sedangkan sebagian lagi tetap tersimpan dalam makanan yang tidak tercena dan keluar sebagai kotoran. Pendek kata, setaip kali energi terlibat dalam suatu kegiatan hidup, selalu ada sebagian yang diepaskan ke alam bebas. Jadi, dalam proses makan dan dimakan terjadi aliran energi a
A. Kata Kerja Operasional dalam Menyusun Indikator
Kemampuan mengingat kembali materi pelajaran yang pernah dipelajari sebelumnya.
Kata Oprasional:
• Define (mendefiniskan….)
• Identify (mengidentifikasi…..)
• List (menyusun daftar…..)
• Name (menyebut nama…..)
• Recall (mengulang, mengingat….)
• Recognize (memperhatikan…..)
• Record (mengulang sebagaimana aslinya….)
• Relate (menghubungkan……)
• Repeat (mengulang…..)
• Underline (menggaris bawahi…..)

Kemampuan memahami makna, menerangkan, menyatakan kembali suatu gagasan.
Kata operasional
• Choose (memilih….)
• Cite examples of ( menentukan contoh…)
• Demonstrate use of (mendemonstrasikan penggunaan…..)
• Describe (menggambarkan…)
• Determine (menentukan…)
• Differentiate between (membedakan…)
• Discuss (mediskusikan….)
• Explain (menerangkan…)
• Express (mengekspresikan….)
• Give in own words (menyatakan dengan kata-kata sendiri….)
• Identify (mengidentifikasikan….)
• Interpret (menginterpretasikan….)
• Locate (menentukan lokasi….)
• Pick (mematikan batas…..)
• Report (melaporkan….)
• Review (memperhatikan ulang…..)
• Select (menseleksi….)
• Tell (menceritakan….)
• Translate (menerjemahkan…)
• Respond (merespon….)
• Simulates (mensimulasikan….)

Keterampilan menggunakan materi yang dipelajari dalam keadaan yang berbeda.
• Apply (menerapkan…..)
• Demonstrate (mendemonstrasikan penerapan…..)
• Dramatize (madramatisasi….)
• Employ (mengerjakan…)
• Generalize (menggenaralisasikan…)
• Illustrate (menyusun ilustrasi…)
• Interpret ( menginterpretasikan….)
• Operate (mengoperasikan….)
• Practice (mempraktekan…)
• Relate (mengubungkan…)
• Schedule (menjadwalkan…)
• Use (menggunakan….)
• Utilize (mempergunakan alat….)
• Initiate (menginisiasi…)

Kemampuan menguraikan materi dalam berbagai komponen atau bagian yang satu sama lain masih dalam satu kesatuan)
• Analyze (menganalisis……)
• Appraise (menilai…)
• Calculate ( memperhitungkan….)
• Categorize (mengkategorikan…)
• Compare (membandingkan….)
• Conclude (menyimpulkan ….)
• Contrast (mengkontraskan…menjadi lebih…)
• Correlate (menghubungkan….)
• Criticize (mengkritisi….)
• Deduce (menarik kesimpulan…)
• Debate (melihat kelemahan/keunggulan…)
• Detect (mendeteksi….)
• Determine (menentukan….)
• Develop (mengembangkan ….)
• Diagram (mendiagramkan…..)
• Differentiate (menentukan ciri pembeda…..)
• Draw conclusions (menggambarkan kesimpulan….)
• Estimate (memperkirakan….)
• Evaluate (mengevaluasi…..)
• Examine (menguji………)
• Experiment (bereksperimen mengenai…)
• Identify (mengenali …)
• Infer (menyimpulkan….)
• Inspect (memeriksa…)
• Inventory (menemukan….)
• Predict (memperkirakan…..)
• Question (mempertanyakan….)
• Relate (menghubungkan….)
• Solve (memecahkan ….)
• Test (menguji….)
• Diagnose (mendiagonis…..)

Kemampuan untuk meletakan banyak ide yang tersebar ke dalam satu kesatuan baru, mengembangkan model hubungan yang baru satu sama lain)
• Arrange (menyusun….)
• Assemble (menerapkan komponen…)
• Collect (menghimpun…)
• Compose (mengarang….)
• Construct (membangun….)
• Create (meperbaharui…)
• Design (mendisain….)
• Develop (menghasilkan….)
• Formulate (memformulasikan….)
• Manage (mengelola…)
• Modify (memodifikasi…)
• Organize (mengorganisasikan….)
• Plan (merencanakan…)
• Prepare (menyiapkan…)
• Produce (membuat….)
• Propose (mengusulkan…)
• Predict (merumuskan prediksi mengenai…)
• Reconstruct (menyusun ulang…)
• Set-up (menyediakan….)
• Synthesize (mensitesiskan….)
• Systematize (mensistematiskan…)
• Devise (merencanakan kegiatan…)

Kemampuan menimbang nilai sesuatu diukur dengan kriteria atau persyaratan)
• Appraise (menilai…)
• Assess (menaksir…)
• Choose (memilih…)
• Compare (membandingkan….)
• Critique (mengkritisi…)
• Estimate (memperkirakan…)
• Evaluate (mengevaluasi….)
• Judge (menetapkan keputusan…..memutuskan….)
• Measure (mengukur….)
• Rate (menilai…)
• Revise (merevisi….)
• Score (memberi nilai…)
• Select (menyeleksi…)
• Validate (memvalidasi…)
• Value (menentukan harga….)



Contoh Kata Kerja Operasional


melafalkan
membaca
membedakan
membuat
menafsirkan
menceritakan
mendefinisikan
mendemonstrasikan
mendeskripsikan
menentukan
menerapkan
menerjemahkan
menganalisis
mengenal
mengevaluasi
menggambarkan
menggunakan
menghitung
mengidentifikasikan
mengkonstruksikan
mengucapkan
mensintesis
menunjukkan
menyelesaikan
menyimpulkan
menyusun
merumuskan

melakukan
membedakan
membuat
membuktikan
menafsirkan
mendefinisikan
mendemonstrasikan
mendeskripsikan
menentukan
menerapkan
menganalisis
mengevaluasi
menggambarkan
menggunakan
menghitung
mengidentifikasikan
mengkonstruksikan
mengucapkan
mensintesis
menunjukkan
menyelesaikan
menyimpulkan
menyusun



Contoh Kata Kerja Operaasional Dalam Menyusun Indikator Mata Pelajaran IPA


berargumentasi
melaksanakan
melakukan
memadukan
memajang
memantau
memasang
membaca
membangun
membedah
membongkar
memecahkan
mempertahankan
mempraktikkan
mempresentasikan
mencari
mencatat
mendokumentasi
meneliti mengamati
menggabungkan
menggali
mengkritisi
mengobservasi
mengomentari
menghubungkan
mengikuti
mengubah
mengujicoba
menonton
merakit
merangkum
merancang
merangkai
merumuskan
merunut
melakukan
membedakan
membuat
membuktikan
menafsirkan
mendefinisikan
mendemonstrasikan
mendeskripsikan
menentukan
menerapkan
menganalisis
mengevaluasi
menggambarkan
menggunakan
menghitung
mengidentifikasikan
mengkonstruksikan
mengucapkan
mensintesis
menunjukkan
menyelesaikan
menyimpulkan
menyusun




Contoh kata Kerja Operasional Dalam menyusun Indikator Seni Budaya


mendeskripsikan
mengapresiasi
mengidentifikasi
mengkreasi
menceritakan
mendefinisikan
menyusun
menerapkan
menampilkan
menggunakan
membuat
membedakan
mengaransir
membandingkan
melaksanakan
mendemonstrasikan
menyimpulkan
menggubah
menentukan
membawakan
menuliskan
menyimulasikan
memainkan
merekonstruksi
memperagakan
menyanyikan
menyajikan
melagukan
merencanakan
mementaskan
memajang
melakonkan
menata
memamerkan
menggelarkan
menunjukkan
menyiapkan
mengonstruksikan
mengekspresikan




B. Jenis-jenis Tes dalam Penilaian Pembelajaran
Ada sejumlah alat/instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan dalam penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia, secara garis besar digolongkar 2 macam, yaitu non tes (bukan tes) dan tes. Materi mengenai nontes dan tes akan dibicarakan pada bagian berikut ini:

1.Teknik Nontes dalam Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Instrumen nontes dapat berupa (1) portofolio, (2) lembar observasi, dan 3) wawancara. Adapun jenis tagihan yang berupa nontes di antaranya berupa tugas- tugas yang dilakukan di luar jam pembelajaran dapat berupa tugas rumah (PR) dan tugas-tugas lain seperti membuat, menulis, melaporkan, menganalisis sesuatu yang membutuhkan waktu yang relatif lama, baik secara individual maupun kelompok. Di samping itu, jenis tagihan dapat juga berupa portofolio, yaitu suatu prestasi yang diperoleh siswa pada suatu kurun tertentu.

a.Portofolio
Instrumen ini sengaja dibahas karena dalam KBK dan penilaian berbasis kelas, portofolio merupakan salah satu bentuk penilaian. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya adalah - penilaian terhadap karya-karya siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sernua tugas penulisan yang dikerjakan siswa delam jangka waktu tertentu, misalnya satu semester dikumpulkan, kemudian dilakukan penilaian. Jadi, portofolio itu dapat berupa portofolio produk, portofolio proses, dan portoflio dokumen.

b.Instrumen Observasi
Instrumen observasi digunakan untuk mengamati performansi berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, menulis, dan membaca) dapat menggunakan bentuk instrumen ini.

c,Teknik Wawancara
Teknik wawancara pada suatu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan yang telah diuraikan terdahulu. Teknik wawancara ini diperlukan guru untuk tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami siswa tanpa ada maksud untuk menilai Saudara, walaupun pada kenyataannya guru jarang menggunakan teknik nontates, tetapi alangkah baiknya Saudara mencoba merancang teknik ini untuk penilaian pembelajaran bahasa.

2.TeknikTes dalam Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tes adalah suatu cara atau sarana untuk mengukur hasil belajar. Melalui tes kita dapat mengukur prestasi siswa. Jenis tagihan yang berupa tes antara lain berupa pertanyaan Iisan di kelas, kuis, ulangan harian, tes formatif/ujian blok, tes sumatif/ujian semester, tugas individual, dan tugas kelompok yang dikerjakan di luar jam pembelajaran. Pertanyaan lisan di kelas dan ulangan harian dapat berwujud pertanyaan-pertanyaan yang menjadi bagian proses pembelajaran, baik yang ditujukan kepada individu• maupun kelompok, atau ulangan/latihan setelah berakhirnya suatu materi pembelajaran tertentu dalam waktu yang relatif pendek.
Pemilihan jenis ujian bergantung pada kompetensi dasar, indikator, materi pokok pembelajaran, dan pengalaman belajar yang akan diuji. !ndikator yang meminta siswa melakukan kegiatan berbahasa secara langsung atau lisan, yaitu:. menyimak. membaca bersuara, dan berbicara, lebih tepat diuji melalui perintah di kelas dan ulangan harian dengan tes performansi. Adapun indikator yang menuntut kemampuan berpikir, yang dapat diuji melalui ujian tertulis tepat dilakukan dengan ujian formatif dan sumatif. indikator yang meminta siswa melaksanakan kegiatan berbahasa tulis yang membutuhkan waktu banyak, misalnya mengarang, membuat sinopsis cerpen, membuat laporan kegiatan, dan lain-lain tepat diujikan dalam bentuk pemberian tugas yang dikerjakan di luar kelas, baik secara individual maupun kelompok.
Secara garis besar bentuk tes atau soal ujian Bahasa Indonesia dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu (1) tes objektif, (2) tes nonobjektif (esai), dan (3) tes perbuatan. Tes bentuk objektif mengacu pada pengertian bahwa jawaban siswa diperiksa oleh siapa pun dan kapan pun akan menghasilkan skor yang kurang Iebih sama karena tes objektif hanya memiliki satu alternatif jawaban yang betul.
Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang adalah tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choise), isian (completion), dan penjodohan